Sabtu, 23 Juni 2018

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEKNIKAL SAHAM




Salam sejahtera bagi pembaca. Kali ini blog saya akan membahas tentang “Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal Saham”. Jadi,  ketika kita hendak memutuskan untuk membeli saham, kita harus melakukan analisis terlebih dahulu untuk mengurangi risiko atau kerugian. Menurut  Sutrisno (2012:309) terdapat dua pendekatan    dasar    untuk  melakukan analisis dalam  memilih saham, yakni analisis fundamental dan analisis teknikal. Namun, karena saya masih tergolong sebagai investor pemula yang baru banget belajar saham, jadi saya akan menuliskan sedikit pengetahuan saya mengenai kedua analisis tersebut yang saya peroleh dari berbagai sumber.
A.  Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan  pendekatan  analisis  harga  saham  yang  menitik beratkan  pada kinerja  perusahaan  yang  mengeluarkan  saham  dan  analisis  ekonomi  yang akan  mempengaruhi  masa  depan  perusahaan.  Kinerja perusahaan  dapat dilihat dari perkembangan perusahaan, neraca perusahaan dan laporan laba ruginya,  proyeksi  usaha  dan  rencana  perluasan  dan  kerjasama.  Pada umumnya  apabila  kinerja  perusahaan  mengalami  perkembangan  yang baik, maka harga saham akan meningkat. Terdapat dua jenis analisis fundamental, yakni Analisis Top Down dan Analisis Buttom Up.
1.    Analisis Top Down
Analisis top-down ini mulai dari kondisi ekonomi negara secara makro sampai kondisi perusahaan secara mikro. Jadi urut-urutannya adalah analisis makro, analisis sektoral, analisis mikro.
a)    Analisis Makro untuk mengetahui kondisi ekonomi negara secara keseluruhan. Kita perlu melihat apakah ekonomi masih bertumbuh, inflasi tidak mengancam pertumbuhan, dan sebagainya. Ekonomi negara yang bertumbuh akan mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan.
b)   Analisis Sektoral (Industri) untuk mengetahui kondisi masing-masing industri. Kita perlu mengetahui apa saja sektor industri yang paling memiliki peluang untuk bertumbuh.
c)    Analisis Mikro untuk mengetahui kondisi perusahaan. Yang dapat dilakukan misalnya dengan mengukur kesehatan keuangan perusahaan, dilihat dari Laporan Keuangan yang dikeluarkannya.
2.    Analisis Bottom Up.
Analisi bottom up dilakukan dengan analisi mikro terlebih dahulu kemudian analisis sektoral, baru analisis makro. Jadi Bottom Up ini kebalikan dari Analisis Top Down. Baik Analisis Top Down mapupun Bottom Up bertujuan untuk menemukan keselarasan antara makro ekonomi dan mikro ekonomi. Ini dilakukan untuk memperkecil resiko investasi/ trading. Semakin bagus prospek sebuah perusahaan, maka semakin bagus pula harga sahamnya nanti. Selain itu, ini dilakukan untuk mengantisipasi sulitnya memprediksi waktu. Harga saham bisa naik dan turun sewaktu-waktu. Dengan analisis makro yang baik, pelaku pasar akan lebih yakin memegang saham lebih lama (saat bullish) atau sabar menunggu di luar pasar (saat bearish). Dalam hal ini saya menggunakan analisis fundamental Top Down untuk menentukan saham apa yang harus saya beli.
Analisis Top Down Approch
a)    Analisis Makro
ü  Badan Pusat Statistik ( BPS) merilis hasil pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen. Angka ini tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 (year on year) sebesar 5,01 persen.
ü  Selain itu, kondisi perekonomian global juga turut berkontribusi, meski laju pertumbuhannya masih lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya.
ü  Gerak nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa (5/6/2018)  kembali menguat. Melansir data Bloomberg, pada selasa 5 juni mata uang garuda dibuka menguat ke level Rp 13.875 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp 13.878 per dolar AS.
ü  Selain itu, adanya pernyataan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang memperkirakan pertumbuhan investasi pada kisaran 7,5 persen hingga 8,3 persen di tahun 2019 cukup membantu rupiah bertahan positif.
b)   Analisis Sektoral (Industri)
ü  Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, telah memberikan perhatian lebih untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi Negara.
ü  KompasProperti - Pemerintah menambah alokasi anggaran untuk proyek infrastruktur pada tahun 2018, yaitu sebesar Rp 410,4 triliun. Anggaran tersebut lebih tinggi 5,2 persen dibandingkan outlook tahun ini senilai Rp 390,2 triliun.
ü  Anggaran itu akan digunakan sebagai pembangunan dan preservasi jalan, meliputi jalan baru (832 kilometer), jalan tol (33 kilometer) dan jembatan (15.373 kilometer). Kemudian, anggaran itu juga akan digunakan untuk pembangunan prasarana perkeretaapian (639 km), serta pembangunan bandara baru di delapan lokasi.
ü  Selain itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019, Pemerintah telah mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang 1000 km selama lima tahun ke depan. Hal ini berarti, rata-rata pembangunan jalan tol selama 2015 – 2019 adalah 200 km per tahun. Penambahan jalan tol 1000 km tersebut terdiri atas Trans Sumatera, Trans Jawa, Tol Samarinda-Balikpapan dan Tol Manado-Bitung. Berdasarkan data Jasa Marga, dana yang dibutuhkan untuk membangun jalan tol sepanjang 1.153 km itu mencapai sebsar Rp 132,9 triliun, atau sekitar Rp 115,27 miliar per km.
c)    Analisis Mikro
Dalam subsector industry semen terdapat 6 emiten. Kemudian dalam 6 emiten tersebut, terdapat 2 emiten yang khusus menangani bidang konstruksi beton, salah satunya adalah WSBP (Waskita Beton Precast Tbk).Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) adalah anak usaha dari Waskita Karya (WSKT), dimana sebagai perusahaan yang  bergerak pada unit usaha bidang pembuatan beton precast, yakni beton semen untuk konstruksi jalan layang, tiang listrik, gorong-gorong, bantalan rel kereta api, dll.  Perusahaan dengan visi  menjadi perusahaan manufaktur precast dan beton terdepan di Indonesia ini didirikan tanggal 07 Oktober 2014. Produksi precast sendiri dibuat di plant yang berada di beberapa lokasi diantaranya Plant Cibitung, Plant Benoa, Plant Sadang, Plant Pasuruan dan Plant Palembang. WSBP resmi melakukan pencatatan saham perdana atau dikenal dengan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 20 September 2016. WSBP melepas 10,54 miliar lembar saham baru dengan harga penawaran Rp490 per lembar saham.
Setelah diketahui perusahaan apa yang akan di beli, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan kondisi keuangan perusahaan dengan pesaing yang bergerak di bidang yang sama. Dalam hal ini saya membandingkan PT Waskita Beton Precast dengan PT Wijaya Karya Beton. Berikut merupakan rangkuman dan analisis keungan kedua perusahaan tersebut.


Tabel diatas merupakan perbandingan keuangan PT Waskita Beton Precast dengan PT Wijaya Karya Beton pada tahun 2014 kuartal ke 4, dan dari laporan keuagan tersebut saya  jabarkan sebagai berikut:
a)    Total Aset dibanding Total Hutang
Kondisi perusahaan yang baik adalah perusahaan yang total hutangnya paling tidak setengah dari total asset, pada PT Waskita Beton Precast (WSBP) total asetnya adalah 14,92 T dengan total hutang 7,60 T, yang artinya total hutang perusahaan setengah dari total aset dan WSBP total asetnya adalah 14,92 T dengan total hutang 7,60 T, yang artinya total hutang perusahaan setengah dari total aset dan ini menandakan bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik, sedangkan Total aset PT Wijaya Karya Beton ( WTON) sebesar 7,07 T dengan total hutang 4,32 T. Artinya total hutang WTON lebih dari setengah total aset. Dari perbandingan ini, dapat disimpulkan bahwa WSBP lebih baik dari WTON.
b)   Equitas
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of ownership yang berarti kekayaan bersih perusahaan. Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa kekayaan bersih WSBP sebesar 7,32 triliun , sedangkan WTON sebesar 2,75 triliun sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan WSBP lebih baik dari WTON, jika dilihat dari segi ekuitas perusahaan.
c)    Sales ( penjualan )
Penjualan WSBP tercatat sebesar 7,10 triliun, jumlah ini sangat lumayan  jauh dengan penjualan dari WTON yang hanya sebesar 5,36 triliun. Semakin tinggi nilai penjualan, berarti perusahaan itu semakin baik. Dari segi penjualan, perusahaan WSBP masih lebih unngul.
d)   Net Income
Pendapatan Bersih atau Net Income yaitu selisih positif dari total pendapatan (operasional dan non-operasional) dengan total biaya (operasional dan non- operasional) dalam satu periode setelah dikurangi dengan taksiran pajak pendapatan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendapatan bersih WSBP sebesar 1 triliun, sedangkan Net Income untuk perusahaan WTON hanya sebesar 337,12 juta. Artinya perusahaan WSBP lebih ungul dari segi net income dibanding dengan WTON.
e)    Net Profit Margin ( NPM)
Laba bersih/ pendapatan. Semakin tinngi NPM semakin bagus, karena semakin tinggi NPM menandakan laba perusahaan tersebut semakin tebal. Selain itu,  semakin tinggi nilai NPM menandakan bahwa perusahaan tersebut semakin efisien operasionalnya. Perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang tidak perlu, sehingga perusahaan mampu memaksimalkan laba bersih yang didapatkan. Dapat dilihat bahwa nilai NPM perusahaan WSBP jauh lebih unggul jika dibanding dengan NPM dari WTON.
a)    Earning per Share ( EPS)
EPS = laba bersih/ jumlah lembar saham beredar. Semakin tinggi EPS semakin bagus. Jika EPS meningkat berarti keuntungan yang di peroleh investor per lembar saham akan meningkat. Pada tabel diatas nilai EPS perusahaan WSBP pada level yang lebih rendah dari WTON. Namun perbedaan nilai tersebut tidak terlalu signifikan.
b)   PER menunjukkan lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang dipakai untuk membeli saham. Semakin rendah per semakin baik, karena biasanya angka PER yang rendah menunjukkan bahwa modal akan kembali lebih cepat. Nilai PER perusahaan WSBP sebesar 10,856 sedangkan perusahaan WTON sebesar 11,497, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan WSBP lebih baik jika dibanding dengan perusahaan WTON, karena nilai PER lebih rendah yang artinya modal di perusahaan WSBP akan kembali lebih cepat.
c)    Book Value
Book Value atau harga buku didefinisikan sebagai modal bersih suatu perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang diedarkannya. Modal bersih yang dimaksud adalah total aset perusahaan dikurangi dengan total kewajibannya. Jadi dari BV kita bisa melihat suatu saham itu memiliki harga yang murah atau mahal dibanding harga saham yang lain. Untuk melihat hal ini dengan lebih jelas, maka digunakan perhitungan berikutnya yaitu price to book value (PBV).
d)   Price To Book Value (PBV)
Price to Book Value didefinisikan sebagai harga (pasar) suatu saham dibagi dengan book valuenya. Jadi kita bisa membandingkan harga-harga saham di sektor yang sama, apabila harga PBVnya lebih rendah maka kita bisa mengatakan harga sahamnya murah walaupun harga pasarnya mahal. Memang PBV tidak memperhitungkan kinerja perusahaan tersebut ke depannya, namun setidaknya bila kita melihat PBV suatu saham yang berkinerja baik sangat murah dibanding saham-saham lain pada sektor yang sama maka harga saham itu memiliki potensi untuk naik di masa datang, sehingga layak untuk dibeli. Pada tabel perbandingan diatas dapat dilihat bahwa PBV dari WSBP 1,484, sedangkan PBV dari WTON sebesar 1,408, yang artinya saham dari WSBP masih memiliki potensi untuk naik dimasa yang akan datang.
e)    Debt to Equity Rasio (DER)
DER menunjukkan rasio hutang perusahaan terhadap modal yang dimiliki. Sebaiknya kita memilih perusahaan dengan nilai DER yang rendah, karena akan mengurangi beban bunga. Nilai Der pada perusahan WSBP sebesar 1,04, sedangkan nilai DER pada perusahaan WTON sebesar 1,57. Dari nilai tesebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa dari segi nilai DER perusahaan WSBP sedikit lebih baik dari perusahaan WTON.  
i)     Return On Asset (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total aset yang dimiliki. ROA dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar nilai ROA maka semakin bagus, karena dengan sumber daya yang dimiliki (total aset), perusahaan mampu memaksimalkannya menjadi laba bersih. Hal ini berarti, dengan aset-aset yang dimiliki, perusahaan mampu memanfaatkan aset-asetnya dengan baik, sehingga bisa menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Bisa kita lihat pada tabel diatas bahwasanya ROA perusahaan WSBP 6,70 %, nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan ROA perusahaan WTON yang nilainya sebesar 4,77%. Artinya perusahaan WSBP sedikit lebih unngul dalam memaksimalkan aset menjadi laba bersih.
j)      Return on Equity (ROE)
ROE digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari ekuitas / modal yang dimiliki (baik modal sendiri maupun modal yang disetor oleh pemegang saham). ROE dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih tahun berjalan dengan ekuitas dalam laporan perubahan ekuitas. ROE menjadi ukuran penting dalam analisis fundamental karena ROE mengukur seberapa besar perusahaan mampu memuaskan kepentingan pemegang saham (yang menanamkan modal di perusahaan). Adapun faktor yang dijadikan pertimbangan dalam investasi, ROE yang selalu meningkat dari tahun ke tahun atau setidaknya berada dalam trend naik selama beberapa tahun. Dengan begitu, perusahaan tersebut mampu memaksimalkan tingkat pengembalian ekuitas untuk menghasilkan laba bersih.  ROE yang semakin naik mengindikasikan bahwa perusahaan mampu memuaskan kepentingan pemegang saham karena dengan ekuitas yang lebih kecil (dibandingkan presentase ekuitas sebelumnya atau laba bersih), perusahaan mampu memaksimalkan ekuitasnya untuk menghasilkan laba bersih yang besar. Apabila nilai ROE besar dan dapat naik secara stagnan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut layak investasi. Jika kita bandingkan nilai ROE perusahaan WSBP dan perusahaan WTON, terlihat bahwa nilai ROE perusahaan WSBP lebih tinggi dibanding nilai ROE perusahaan WTON.

B.    Analisis Teknikal

Sumber:  investing.com
Terdapat beberapa jenis analisis teknikal. Kita dapat menggunakan jenis analisis teknikal apaupun yang menurut kita mudah, karena pada dasarnya semua jenis analisis teknikal tujuannya sama, yaitu menentukan kapan investor harus masuk dan keluar pasar. Grafik diatas merupakan analisis teknikal jenis candlestick patterns dan merupakan pergerakan harga saham harian. Dari tabel diatas kita dapat ketahui bahwa harga saham perusahaan WSBP relatif stabil, dalam artian ketika terjadi penurunan harga saham, penurunan tersebut tidak terlalu signifikan. Begitu pula ketika terjadi kenaikan harga saham, kenaikan tersebut juga tidak terlalu signifikan. Karena saya baru banget bikin akun dan saldonya belum masuk yang artinya belum bisa mulai trading saham, sehingga saya akan menjelaskan sedikit mengenai warna candlestick dan juga arti dari beberapa bentuk candlestick yang terdapat pada analisis teknikal perusahaan WSBP.Saya  sudah memberikan bentuk lingkaran serta nomor pada pola candlestick diatas untuk mempermudah penjelasan saya. Berikut penjelasan mengenai pola candlestick diatas:

1)   Pada lingkara pertama terdapat candlestick panjang berwarna merah, yang dinamakan red candle.Pada lingkaran pertama dinamakan pola kontinuitas. Candlestick yang membentuk pola kontinuitas artinya adalah bila candlestick ini muncul, tren yang terjadi diperkirakan akan terus berlanjut. Hal itu terbukti pada lingkaran pertama grafik diatas yang selalu mengalami penurunan setelah red candle itu muncul. Pada saat red candle ini muncul, disarankan investor jangan membeli saham, lebih baik tidak melakukan transaksi karena ini mengindikasikan bahwa hrga saham akan terus mengalami penurunan.
2)   Pada lingkaran kedua terdapat candlestick panjang berwarna hijau, yang dinamakan green candle. Pada lingkaran kedua dinamakan pola kontinuitas, dimana bila green candle ini muncul, maka tren yang terjadi diperkirakan akan terus berlanjut. Warna hijau sendiri mengindikasikan bahwa harga saham akan mengalami kenaikan. Jadi, ketika green candle  muncul, ini adalah sinyal yang bagus untuk investor membeli saham, karena diperkirakan harga saham akan mengalami kenaikan secara terus-menerus.
3)   Pada lingkaran ketiga terdapat candlestick kecil-kecil yang dinamakan spining tops. Bentuk ini menunjukkan terjadi fluktasi dalam kisaran sempit.,  pasar sedang berusaha melakukan konsolidasi. Candlestick semacam ini membentuk pola netral. Candlestick yang membentuk pola netral artinya adalah bila candle stick ini muncul, trend yang terjadi sulit diperkirakan,apabila bullish atau bearish.
4)   Pada lingkaran ke 4 terdapat candlestick berwarna merah dan panjang yang dinamakan red candle, dan penjelasan mengenai red candle sudah dijelasakan pada lingkaran pertama.
5)   Pada lingkaran kelima, terdapat candlestick panjang berwarna hijau, yang dinamakan green candle, dan penjelasan mengenai green candle sudah dibahas di poin kedua.
Kemudian kami akan membandingkan dengan analisis teknikal dari perusahaan PT Wijaya Karya Beton ( WTON). Berikut merupakan grafik analisis teknikal perusahaan WTON. 




Bisa kita lihat pergerakan harga saham harian pada perusahan WTON, ketika kita tarik garis lurus akan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Jika dibandingkan dengan perusahaan WSBP, lebih unggul perusahaan WSBP, karena pergerakan harga saham harian perusahaan WSBP  masih relatif stabil. Jika saudara ingin mengetahui lebih lanjut terkait dengan pola-pola candlestick bisa browsing pada website dibawah ini : http://www.savernapu.com/2016/10/mengenal-pola-candle-stick-lengkap.html.

Jadi kesimpulannya, dari segi analisis fundamental secara keseluruhan perusahaan WSBP lebih unggul daripada perusahaan WTON. Begitu pula dengan trend harga saham yang dapat kita lihat pada analisis teknikal, bahwa harga saham harian dari perusahaan WSBP cenderung stabil, artinya ketika terjadi penurunan tidak terlalu signifikan, ketika terjadi kenaikanpun juga tidak terlalu signifikan. Sedangkan perusahaan WTON cenderung selalu mengalami penurunan harga saham harian. Jadi secara fundamental maupun teknikal perusahaan WSBP lebih baik daripada perusahaan WTON. 

Selamat Belajar, Semoga Bermanfaat :D



Daftar Pustaka
Billioner, Riyan. Mengenal Pola Candle Stick Lengkap.6 Oktober 2016. http://www.savernapu.com/2016/10/mengenal-pola-candle-stick-lengkap.html
Investing.com