Salam sejahtera
bagi pembaca. Kali ini blog saya akan membahas tentang “Analisis Fundamental
dan Analisis Teknikal Saham”. Jadi, ketika
kita hendak memutuskan untuk membeli saham, kita harus melakukan analisis
terlebih dahulu untuk mengurangi risiko atau kerugian. Menurut Sutrisno (2012:309) terdapat dua
pendekatan dasar untuk
melakukan analisis dalam memilih
saham, yakni analisis fundamental dan analisis teknikal. Namun, karena saya
masih tergolong sebagai investor pemula yang baru banget belajar saham, jadi
saya akan menuliskan sedikit pengetahuan saya mengenai kedua analisis tersebut
yang saya peroleh dari berbagai sumber.
A. Analisis Fundamental
Analisis
fundamental merupakan pendekatan analisis
harga saham yang
menitik beratkan pada
kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham
dan analisis ekonomi
yang akan mempengaruhi masa
depan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari perkembangan perusahaan,
neraca perusahaan dan laporan laba ruginya,
proyeksi usaha dan
rencana perluasan dan
kerjasama. Pada umumnya apabila
kinerja perusahaan mengalami
perkembangan yang baik, maka harga
saham akan meningkat. Terdapat dua jenis analisis fundamental, yakni Analisis Top Down dan Analisis Buttom Up.
1. Analisis
Top Down
Analisis top-down ini mulai dari kondisi ekonomi
negara secara makro sampai kondisi perusahaan secara mikro. Jadi urut-urutannya
adalah analisis makro, analisis sektoral, analisis mikro.
a) Analisis Makro untuk mengetahui kondisi ekonomi negara secara
keseluruhan. Kita perlu melihat apakah ekonomi masih bertumbuh, inflasi tidak
mengancam pertumbuhan, dan sebagainya. Ekonomi negara yang bertumbuh akan
mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan.
b) Analisis Sektoral (Industri) untuk mengetahui kondisi
masing-masing industri. Kita perlu mengetahui apa saja sektor industri yang
paling memiliki peluang untuk bertumbuh.
c) Analisis Mikro untuk mengetahui kondisi perusahaan. Yang dapat
dilakukan misalnya dengan mengukur kesehatan keuangan perusahaan, dilihat dari
Laporan Keuangan yang dikeluarkannya.
2. Analisis Bottom Up.
Analisi
bottom up dilakukan dengan analisi mikro terlebih dahulu kemudian analisis
sektoral, baru analisis makro. Jadi Bottom
Up ini kebalikan dari Analisis Top Down. Baik Analisis Top
Down mapupun Bottom Up bertujuan
untuk menemukan keselarasan antara makro ekonomi dan mikro ekonomi. Ini
dilakukan untuk memperkecil resiko investasi/ trading. Semakin bagus prospek sebuah perusahaan, maka semakin
bagus pula harga sahamnya nanti. Selain itu, ini dilakukan untuk mengantisipasi
sulitnya memprediksi waktu. Harga saham bisa naik dan turun sewaktu-waktu.
Dengan analisis makro yang baik, pelaku pasar akan lebih yakin memegang saham
lebih lama (saat bullish) atau sabar menunggu di luar pasar (saat bearish).
Dalam hal ini saya menggunakan analisis fundamental Top Down untuk menentukan saham apa yang harus saya beli.
Analisis
Top Down Approch
a)
Analisis Makro
ü Badan
Pusat Statistik ( BPS) merilis hasil pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 sebesar
5,06 persen. Angka ini tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi
kuartal I 2017 (year on year) sebesar 5,01 persen.
ü Selain
itu, kondisi perekonomian global juga turut berkontribusi, meski laju
pertumbuhannya masih lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya.
ü Gerak
nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa
(5/6/2018) kembali menguat. Melansir
data Bloomberg, pada selasa 5 juni mata uang garuda dibuka menguat ke level Rp
13.875 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp
13.878 per dolar AS.
ü Selain
itu, adanya pernyataan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang memperkirakan
pertumbuhan investasi pada kisaran 7,5 persen hingga 8,3 persen di tahun 2019
cukup membantu rupiah bertahan positif.
b) Analisis
Sektoral (Industri)
ü Pemerintah
Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, telah memberikan
perhatian lebih untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi Negara.
ü KompasProperti
- Pemerintah menambah alokasi anggaran untuk proyek infrastruktur pada tahun
2018, yaitu sebesar Rp 410,4 triliun. Anggaran tersebut lebih tinggi 5,2 persen
dibandingkan outlook tahun ini senilai Rp 390,2 triliun.
ü Anggaran
itu akan digunakan sebagai pembangunan dan preservasi jalan, meliputi jalan
baru (832 kilometer), jalan tol (33 kilometer) dan jembatan (15.373 kilometer).
Kemudian, anggaran itu juga akan digunakan untuk pembangunan prasarana
perkeretaapian (639 km), serta pembangunan bandara baru di delapan lokasi.
ü Selain
itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019,
Pemerintah telah mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang 1000 km selama
lima tahun ke depan. Hal ini berarti, rata-rata pembangunan jalan tol selama
2015 – 2019 adalah 200 km per tahun. Penambahan jalan tol 1000 km tersebut
terdiri atas Trans Sumatera, Trans Jawa, Tol Samarinda-Balikpapan dan Tol
Manado-Bitung. Berdasarkan data Jasa Marga, dana yang dibutuhkan untuk
membangun jalan tol sepanjang 1.153 km itu mencapai sebsar Rp 132,9 triliun,
atau sekitar Rp 115,27 miliar per km.
c) Analisis
Mikro
Dalam
subsector industry semen terdapat 6
emiten. Kemudian dalam 6 emiten tersebut, terdapat 2 emiten yang khusus
menangani bidang konstruksi beton, salah satunya adalah WSBP (Waskita Beton
Precast Tbk).Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) adalah anak usaha dari Waskita
Karya (WSKT), dimana sebagai perusahaan yang bergerak pada unit usaha bidang pembuatan
beton precast, yakni beton semen
untuk konstruksi jalan layang, tiang listrik, gorong-gorong, bantalan rel
kereta api, dll. Perusahaan dengan visi menjadi perusahaan manufaktur precast dan
beton terdepan di Indonesia ini didirikan tanggal 07 Oktober 2014. Produksi
precast sendiri dibuat di plant yang berada di beberapa lokasi diantaranya
Plant Cibitung, Plant Benoa, Plant Sadang, Plant Pasuruan dan Plant Palembang.
WSBP resmi melakukan pencatatan saham perdana atau dikenal dengan initial
public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 20 September 2016.
WSBP melepas 10,54 miliar lembar saham baru dengan harga penawaran Rp490 per
lembar saham.
Setelah
diketahui perusahaan apa yang akan di beli, maka langkah selanjutnya adalah
membandingkan kondisi keuangan perusahaan dengan pesaing yang bergerak di
bidang yang sama. Dalam hal ini saya membandingkan PT Waskita Beton Precast
dengan PT Wijaya Karya Beton. Berikut merupakan rangkuman dan analisis keungan
kedua perusahaan tersebut.
Tabel
diatas merupakan perbandingan keuangan PT Waskita Beton Precast dengan PT Wijaya
Karya Beton pada tahun 2014 kuartal ke 4, dan dari laporan keuagan tersebut saya jabarkan sebagai berikut:
a) Total
Aset dibanding Total Hutang
Kondisi perusahaan yang
baik adalah perusahaan yang total hutangnya paling tidak setengah dari total
asset, pada PT Waskita Beton Precast (WSBP) total asetnya adalah 14,92 T dengan
total hutang 7,60 T, yang artinya total hutang perusahaan setengah dari total
aset dan WSBP total asetnya adalah 14,92 T dengan total hutang 7,60 T, yang
artinya total hutang perusahaan setengah dari total aset dan ini menandakan
bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik, sedangkan Total aset PT Wijaya Karya
Beton ( WTON) sebesar 7,07 T dengan total hutang 4,32 T. Artinya total hutang
WTON lebih dari setengah total aset. Dari perbandingan ini, dapat disimpulkan
bahwa WSBP lebih baik dari WTON.
b) Equitas
Istilah ekuitas berasal
dari kata equity atau equity of ownership yang berarti kekayaan bersih
perusahaan. Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa kekayaan bersih WSBP sebesar
7,32 triliun , sedangkan WTON sebesar 2,75 triliun sehingga dapat disimpulkan
bahwa perusahaan WSBP lebih baik dari WTON, jika dilihat dari segi ekuitas
perusahaan.
c) Sales (
penjualan )
Penjualan WSBP tercatat
sebesar 7,10 triliun, jumlah ini sangat lumayan
jauh dengan penjualan dari WTON yang hanya sebesar 5,36 triliun. Semakin
tinggi nilai penjualan, berarti perusahaan itu semakin baik. Dari segi
penjualan, perusahaan WSBP masih lebih unngul.
d) Net Income
Pendapatan Bersih atau Net Income yaitu selisih positif dari
total pendapatan (operasional dan non-operasional) dengan total biaya
(operasional dan non- operasional) dalam satu periode setelah dikurangi dengan
taksiran pajak pendapatan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendapatan
bersih WSBP sebesar 1 triliun, sedangkan Net
Income untuk perusahaan WTON hanya sebesar 337,12 juta. Artinya perusahaan
WSBP lebih ungul dari segi net income
dibanding dengan WTON.
e) Net Profit Margin
( NPM)
Laba bersih/ pendapatan.
Semakin tinngi NPM semakin bagus, karena semakin tinggi NPM menandakan laba
perusahaan tersebut semakin tebal. Selain itu,
semakin tinggi nilai NPM menandakan bahwa perusahaan tersebut semakin
efisien operasionalnya. Perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang tidak perlu,
sehingga perusahaan mampu memaksimalkan laba bersih yang didapatkan. Dapat
dilihat bahwa nilai NPM perusahaan WSBP jauh lebih unggul jika dibanding dengan
NPM dari WTON.
a) Earning per Share
( EPS)
EPS = laba bersih/
jumlah lembar saham beredar. Semakin tinggi EPS semakin bagus. Jika EPS
meningkat berarti keuntungan yang di peroleh investor per lembar saham akan
meningkat. Pada tabel diatas nilai EPS perusahaan WSBP pada level yang lebih
rendah dari WTON. Namun perbedaan nilai tersebut tidak terlalu signifikan.
b) PER
menunjukkan lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang dipakai
untuk membeli saham. Semakin rendah per semakin baik, karena biasanya angka PER
yang rendah menunjukkan bahwa modal akan kembali lebih cepat. Nilai PER
perusahaan WSBP sebesar 10,856 sedangkan perusahaan WTON sebesar 11,497, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan WSBP lebih baik jika dibanding
dengan perusahaan WTON, karena nilai PER lebih rendah yang artinya modal di
perusahaan WSBP akan kembali lebih cepat.
c) Book Value
Book Value atau harga
buku didefinisikan sebagai modal bersih suatu perusahaan dibagi dengan jumlah
saham yang diedarkannya. Modal bersih yang dimaksud adalah total aset
perusahaan dikurangi dengan total kewajibannya. Jadi dari BV kita bisa melihat
suatu saham itu memiliki harga yang murah atau mahal dibanding harga saham yang
lain. Untuk melihat hal ini dengan lebih jelas, maka digunakan perhitungan
berikutnya yaitu price to book value
(PBV).
d) Price To Book Value (PBV)
Price
to Book Value didefinisikan sebagai harga (pasar)
suatu saham dibagi dengan book valuenya.
Jadi kita bisa membandingkan harga-harga saham di sektor yang sama, apabila
harga PBVnya lebih rendah maka kita bisa mengatakan harga sahamnya murah
walaupun harga pasarnya mahal. Memang PBV tidak memperhitungkan kinerja
perusahaan tersebut ke depannya, namun setidaknya bila kita melihat PBV suatu
saham yang berkinerja baik sangat murah dibanding saham-saham lain pada sektor
yang sama maka harga saham itu memiliki potensi untuk naik di masa datang,
sehingga layak untuk dibeli. Pada tabel perbandingan diatas dapat dilihat bahwa
PBV dari WSBP 1,484, sedangkan PBV dari WTON sebesar 1,408, yang artinya saham
dari WSBP masih memiliki potensi untuk naik dimasa yang akan datang.
e) Debt to Equity Rasio
(DER)
DER menunjukkan rasio
hutang perusahaan terhadap modal yang dimiliki. Sebaiknya kita memilih
perusahaan dengan nilai DER yang rendah, karena akan mengurangi beban bunga.
Nilai Der pada perusahan WSBP sebesar 1,04, sedangkan nilai DER pada perusahaan
WTON sebesar 1,57. Dari nilai tesebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa dari
segi nilai DER perusahaan WSBP sedikit lebih baik dari perusahaan WTON.
i) Return On Asset
(ROA)
ROA digunakan untuk
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
dari total aset yang dimiliki. ROA dapat dihitung dengan membandingkan laba
bersih dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar nilai ROA
maka semakin bagus, karena dengan sumber daya yang dimiliki (total aset),
perusahaan mampu memaksimalkannya menjadi laba bersih. Hal ini berarti, dengan
aset-aset yang dimiliki, perusahaan mampu memanfaatkan aset-asetnya dengan
baik, sehingga bisa menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Bisa kita lihat
pada tabel diatas bahwasanya ROA perusahaan WSBP 6,70 %, nilai ini lebih tinggi
jika dibandingkan dengan ROA perusahaan WTON yang nilainya sebesar 4,77%. Artinya
perusahaan WSBP sedikit lebih unngul dalam memaksimalkan aset menjadi laba
bersih.
j) Return
on Equity (ROE)
ROE digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari ekuitas
/ modal yang dimiliki (baik modal sendiri maupun modal yang disetor oleh
pemegang saham). ROE dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih tahun
berjalan dengan ekuitas dalam laporan perubahan ekuitas. ROE menjadi ukuran
penting dalam analisis fundamental karena ROE mengukur seberapa besar
perusahaan mampu memuaskan kepentingan pemegang saham (yang menanamkan modal di
perusahaan). Adapun faktor yang dijadikan pertimbangan dalam investasi, ROE
yang selalu meningkat dari tahun ke tahun atau setidaknya berada dalam trend
naik selama beberapa tahun. Dengan begitu, perusahaan tersebut mampu
memaksimalkan tingkat pengembalian ekuitas untuk menghasilkan laba bersih. ROE yang semakin naik mengindikasikan bahwa
perusahaan mampu memuaskan kepentingan pemegang saham karena dengan ekuitas yang
lebih kecil (dibandingkan presentase ekuitas sebelumnya atau laba bersih),
perusahaan mampu memaksimalkan ekuitasnya untuk menghasilkan laba bersih yang
besar. Apabila nilai ROE besar dan dapat naik secara stagnan, maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersebut layak investasi. Jika kita bandingkan nilai
ROE perusahaan WSBP dan perusahaan WTON, terlihat bahwa nilai ROE perusahaan
WSBP lebih tinggi dibanding nilai ROE perusahaan WTON.
Sumber: investing.com
Terdapat beberapa jenis
analisis teknikal. Kita dapat menggunakan jenis analisis teknikal apaupun yang
menurut kita mudah, karena pada dasarnya semua jenis analisis teknikal
tujuannya sama, yaitu menentukan kapan investor harus masuk dan keluar pasar.
Grafik diatas merupakan analisis teknikal jenis candlestick patterns dan merupakan pergerakan harga saham harian. Dari
tabel diatas kita dapat ketahui bahwa harga saham perusahaan WSBP relatif
stabil, dalam artian ketika terjadi penurunan harga saham, penurunan tersebut
tidak terlalu signifikan. Begitu pula ketika terjadi kenaikan harga saham,
kenaikan tersebut juga tidak terlalu signifikan. Karena saya baru banget bikin akun dan saldonya belum masuk yang artinya belum bisa mulai trading saham, sehingga saya akan
menjelaskan sedikit mengenai warna candlestick
dan juga arti dari beberapa bentuk
candlestick yang terdapat pada analisis teknikal perusahaan WSBP.Saya
sudah memberikan bentuk lingkaran serta nomor pada pola candlestick diatas untuk mempermudah penjelasan saya. Berikut penjelasan
mengenai pola candlestick diatas:
1) Pada
lingkara pertama terdapat candlestick
panjang berwarna merah, yang dinamakan red
candle.Pada lingkaran pertama dinamakan pola kontinuitas. Candlestick yang membentuk pola
kontinuitas artinya adalah bila candlestick
ini muncul, tren yang terjadi diperkirakan akan terus berlanjut. Hal itu
terbukti pada lingkaran pertama grafik diatas yang selalu mengalami penurunan
setelah red candle itu muncul. Pada
saat red candle ini muncul,
disarankan investor jangan membeli saham, lebih baik tidak melakukan transaksi
karena ini mengindikasikan bahwa hrga saham akan terus mengalami penurunan.
2) Pada
lingkaran kedua terdapat candlestick panjang berwarna hijau, yang dinamakan green candle. Pada lingkaran kedua
dinamakan pola kontinuitas, dimana bila green
candle ini muncul, maka tren yang terjadi diperkirakan akan terus berlanjut.
Warna hijau sendiri mengindikasikan bahwa harga saham akan mengalami kenaikan.
Jadi, ketika green candle muncul, ini adalah sinyal yang bagus untuk
investor membeli saham, karena diperkirakan harga saham akan mengalami kenaikan
secara terus-menerus.
3) Pada
lingkaran ketiga terdapat candlestick
kecil-kecil yang dinamakan spining tops.
Bentuk ini menunjukkan terjadi fluktasi dalam kisaran sempit., pasar sedang berusaha melakukan konsolidasi.
Candlestick semacam ini membentuk pola netral. Candlestick yang membentuk pola netral artinya adalah bila candle stick ini muncul, trend yang
terjadi sulit diperkirakan,apabila bullish atau bearish.
4) Pada
lingkaran ke 4 terdapat candlestick berwarna
merah dan panjang yang dinamakan red
candle, dan penjelasan mengenai red
candle sudah dijelasakan pada lingkaran pertama.
5) Pada
lingkaran kelima, terdapat candlestick
panjang berwarna hijau, yang dinamakan green
candle, dan penjelasan mengenai green
candle sudah dibahas di poin kedua.
Kemudian kami akan
membandingkan dengan analisis teknikal dari perusahaan PT Wijaya Karya Beton (
WTON). Berikut merupakan grafik analisis teknikal perusahaan WTON.
Bisa
kita lihat pergerakan harga saham harian pada perusahan WTON, ketika kita tarik
garis lurus akan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Jika dibandingkan
dengan perusahaan WSBP, lebih unggul perusahaan WSBP, karena pergerakan harga
saham harian perusahaan WSBP masih
relatif stabil. Jika saudara ingin mengetahui lebih lanjut terkait dengan
pola-pola candlestick bisa browsing
pada website dibawah ini : http://www.savernapu.com/2016/10/mengenal-pola-candle-stick-lengkap.html.
Jadi
kesimpulannya, dari segi analisis fundamental secara keseluruhan perusahaan
WSBP lebih unggul daripada perusahaan WTON. Begitu pula dengan trend harga
saham yang dapat kita lihat pada analisis teknikal, bahwa harga saham harian
dari perusahaan WSBP cenderung stabil, artinya ketika terjadi penurunan tidak
terlalu signifikan, ketika terjadi kenaikanpun juga tidak terlalu signifikan.
Sedangkan perusahaan WTON cenderung selalu mengalami penurunan harga saham
harian. Jadi secara fundamental maupun teknikal perusahaan WSBP lebih baik
daripada perusahaan WTON.
Selamat Belajar, Semoga Bermanfaat
:D
Daftar Pustaka
Wira, Desmond. Analisis Fundamental. https://www.juruscuan.com/investasi/444-analisis-fundamental
Billioner, Riyan. Mengenal Pola Candle Stick Lengkap.6 Oktober 2016. http://www.savernapu.com/2016/10/mengenal-pola-candle-stick-lengkap.html
Investing.com